Susah cari Pak Oemar Bakri



Susah cari Pak Oemar Bakri di sekolah-sekolah jaman sekarang, apalagi Bu Halimah. Masyaallah susahnya. Adek saya yang kelas enam SD dimintai amplop berisi rupiah oleh guru kelas. Lucunya lagi ini guru kelasnya cs'an sama kepala sekolah.

Di bangku kuliah hampir sama lah. Ini dosen malah terang-terangan minta dibawakan rokok. Mahasiswanya juga sih yang minta diperlakukan seperti itu. Kalau ada ujian proposal skripsi, tidak jarang mahasiswa yang sedang diuji bawa kantongan besar berisi kue-kue dos. Padahal para tim penguji sudah didoskan kue sama yang urus-urus ujian. Mana itu tim penguji juga dapat bayaran kok. Menakutkan memang. Dan juga memalukan.

Saya juga pernah lakukan seperti itu. Saya belum paham kalau ada pilihan antara "mau jadi orang yang punya moral" atau "tidak punya" waktu itu. Ya supaya dapat nilai bagus, saya rela capek-capek bawa jeruk satu kantong plastik besar ke sekolah saya. Trus saya juga tega minta sama nenek saya untuk beli kerudung dari gaji pensiunan tentaranya kakek saya. Ya kerudungnya bukan untuk saya, tapi untuk sebuah "kasih saya nilai A ya bu guru" ke guru saya. Gila memang.

Sekarang? Ndak tahu dari mana berawal, tapi itu sangat memalukan. Coba pikirkan, sebenarnya dengan tanpa memberi bingkisan "kasih saya nilai A ya bu guru", saya bisa dapat nilai bagus. Ya kalaupun faktanya nilai saya tidak bagus, itu tidak jadi masalah. Ini bukan perkara nilai A-nya, tapi perkara apakah saya akan mampu mempertanggungjawabkan A saya itu?

Sudahlah. Malu kalau harus menyogok! Malu kalau harus terima sogokan! Malu! Malu-maluin!

Kalau susah cari Pak Oemar Bakri, ya kita saja kalau gitu yang jadi Pak Oemar Bakri, atau jadi Bu Halimah...


0 komentar:

Posting Komentar