"saya" berhak peroleh pelayanan

message received

show..

all

jengkelku ni hr....
Gr"CostUmEr taek...
Udah diambilkan brg 4 psg
eh...Nda jd beli...
Mlh kabur....
Blang ajah kaga pux uang...

CosTuMeR...TaEk....
CoStUmEr...Kere...

Sender:
+628524172xxxx

Sent:
25-Dec-2010 07:37:50 pm

---

Well, that's my inbox..
Saya ndak tau dg pasti gimana kejadiannya sampai temanku ini mengirimkan pesan seperti itu.
Saya juga ndak tau apakah pesan itu benar dia yang menulis atau hanya forward message.
Terlepas dari keaslian penulis pesan, tentu saja hal ini ndak sopan. Si pengirim ngata-ngatai konsumen. Wuidih... Padahal saya paling kontra dengan karyawan yang (beraninya) ngatai konsumen.

Pernah suatu kejadian, salah seorang karyawan Es TelerXX (sorry coy, namanya sedikit disensor. Takutnya ntar kayak kasusnya Bu Prita vs RS. Omni) bentak-bentak plus banting mangkok mie di depan saya. Dan karyawan yang lain yang lagi membawakan pesanan saya, ngata-ngatai konsumen lain gara-garanya tu konsumen protes karena tidak mendapat pelayanan yang semestinya dia peroleh. Saya sudah ndak ingat lagi sih gimana redaksi kata-katanya tu karyawan. Ya heran juga dengar ni ocehan karyawan, ngata-ngatai konsumen di depan konsumen lain.

Pelayanan-pelayanan yang disuguhkan para karyawan perusahaan barang/jasa sering kali di bawah taraf. Mereka sering kali melayani konsumen (ex. me) dengan wajah jutek, tutur bahasa yang kurang ramah, melototi konsumen kalo lagi milih-milih barang (utamanya di toko sepatu dan pakaian) plus dengan gaya andalan mereka yang melipat tangan di bawah dada (kayak menyepelekan orang), pilah-pilih konsumen dari gaya berbusana atau dari jenis kelamin, membodohi (memperalat) konsumen, macem-macem lah.

Pernah ni, waktu saya mau beli sepatu di MTC Karebosi (biar deh namanya ndak kesensor), kan lagi milih-milih sepatu yang sreg di hati, tapi ndak nemu. Trus saya cabut deh dari tu toko. Eh tu karyawan toko malah bilang gini "bilang saja kalo ndak punya uang." Waduh, ndak sopan bener ni pedagang sepatu.

Tidak jarang para konsumen yang batal menjatuhkan pilihan kepada barang dagangan mereka, dikatakan "ndak mampu". Atau jika konsumen hanya berpakaian ala kadarnya, mereka dicap "ndak mampu bayar". Apa mereka sudah melakukan survey ke dompet atau rekening si konsumen itu untuk mengetahui total rupiah (atau mungkin dollar) yang konsumen miliki?
Miris sekali, sangat malah, sebenarnya pelayanan beberapa karyawan sekarang ini.

Dalam servis (pelayanan) terdapat konsep "Customer Satisfaction" yang mengatakan bahwa jika perusahaan bisa memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen, maka konsumen akan merasa puas. Kemudian ada lagi yang disebut Experience Economy. Di sini perusahaan bukan sekedar memberika excellent service, namun juga harus mampu memberikan pengalaman (stage experience), sehingga konsumen bisa merasakan sensasi. Kemudian ada namanya "Customer Solution" di mana perusahaan melayani konsumen secara personal, satu per satu. Jadi di sini perusahaan memberikan solusi bagi konsumen, bukan sekedar kepuasan atau sensasi.

Nah dewasa ini, bentuk-bentuk pelayanan seperti di atas sudah ndak jaman lagi. Malah istilah servis sudah tidak tepat lagi digunakan. Istilah yang tepat adalah "Caring". Caring bukan sekedar servis yang mengandalkan beberapa konsep di atas tadi. Namun, bagaimana perusahaan (dan seluruh stakeholder internal) benar-benar memperhatikan konsumen layaknya manusia. Ibarat dalam hospitality industry, kalau pemasar tidak melakukan pelayanan
yang baik, akibat terjeleknya konsumen akan kabur dan bisa-bisa tidak loyal. Sedangkan dalam hospital industry, kalau tidak dilayani dengan maksimal, nyawa pasien yang jadi taruhan. Jadi konsumen memang sudah sepatutnya dilayani dengan sepenuh hati, bukan dijuteki, dibentak,
apalagi dihina.

Tulisan ni ditulis bukan untuk menjelekkan nama baik para pemasar (para perusahaan), namun lebih kepada pemberitahuan bahwa konsumen harus benar-benar diperhatikan. Setiap hari adalah proses belajar menuju kebaikan. Dan semoga melalui tulisan ini kita bisa sama-sama belajar banyak hal, di antaranya tentang pelayanan.

Okeh, thanks. Wassalamu'alaikum...

dia dia dia...

untuk kita, masih ingat sewaktu dia mengantar kita pertama kalinya memasuki sekolah dasar?
sewaktu dia menemani kita dari pukul 7.30 hingga 10.00 pagi?
atau ketika lebaran hampir tiba, masih ingat bagaimana dirinya menemani kita mencari baju baru?

saat dia hendak ke pasar, diri kita yang masih polos merengek untuk ikut serta.
lalu dia bawa kita bersamanya. tangan kanannya menggenggam tangan kita, dan tangan satunya menenteng belanjaan.
ketika kita meminta dengan tangisan sebuah mainan menarik di depan kita. dan tanpa disadari, dia sedang kesulitan keuangan.

ingatkah kita bagaimana ketika dia membuatkan sarapan untuk perut manja kita? dan mungkin saja semalam dia tak nyenyak tidur.
atau saat kita ngomel-ngomel jika uang jajan terkorting sekian rupiah.
lalu seragam merah-putih kita, yang putihnya tak lagi putih dan merah pun memudar, siapa yang mencucinya?
pernah kancing seragam kita terlepas, siapa yang menjahitkan kembali kancing itu? dia kan?

ingatkah kita pertama kalinya kita membohongi dia? lantas adakah rasa bersalah itu?
ingatkah pula sewaktu kita bentak dia? dan masih ingatkah alasannya? tidakkah itu hanya perkara tai kuku?

mungkin di bilik kamar mandi atau kamar tidurnya dia sedang menangisi ucapan kurangajar kita.
mungkin di akhir sholatnya dia sedang memohon kesabaran pada Ilahi.
mungkin di kala malam dia sedang curhat ke suaminya tentang tingkah kita.
tapi bagaimana jika dia adalah janda, atau baru-baru saja menjanda.
pernahkah kita sejenak saja berpikir ke bahu siapa dia akan bersandar.

ketika pagi nanti kita bercermin, masih kita dapati wajah kencang nan mempesona.
tapi dia, pernahkah mata kita menjadi cermin untuknya? perhatikan kulit wajahnya. dia tak semolek dulu lagi.
coba sentuh tangan halusnya yang selalu mengganti popok kita, masihkah sehalus dahulu?
atau jangan-jangan kita telah lupa pernah dibelai oleh tangannya. tangan yang mungkin kini keriput sana-sini.
juga kuku yang telah menguning, bahkan nyaris lepas.

dia manusia biasa seperti kita seandainya kita sadari.
tapi kita selalu mengharapkan kesempurnaan melekat padanya.
jika sedikit saja dia keliru, kita anggap dia kolot.
tidakkah kejam namanya?

untuk seorang dia yang telah melahirkan dan/atau membesarkan dan/atau menjaga dan/atau mendidik kita,
mari dendangkan juta-juta doa padanya. semoga hari tuanya terhindar dari amarah kita.
amin ya Ilahi.

...

untuk emmak, kulo nyuwon ngapunten mak..
kulo tresno tresno tresno panjenengan..

Gie

Akhirnya semua akan tiba
Pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan-pelan
di lembah kasih, lembah mendalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika ku dekap kau
dekaplah lebih mesra, lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
ku dengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta.

Soe Hoek Gie

Hunting the Beef

20 Desember dengan masakan daging. Daging ayam, daging sapi, dan (sepertinya) daging kambing juga.
Di mana saya menyantap daging-daging tadi? Mmm... Sepertinya ndak penting.
But i look you wanna cry.. olrait, i'll tell you. In my neighboor's home, at the party. Acara syukuran rumah baru lebih tepatnya.

i need beef, untuk menambah darah. Nyambung kan?
Jadi gini, kalau bangkit dari duduk, rasanya kepala ini ndk seimbang.
And don't suggest to me the power balance, i will not hear you.
If i read for long time, i feel nyut-nyut of myhead.
So i think i bloodless (baca: kurang darah).

Katanya orang-orang (orang tua), mengkonsumsi daging bisa menaikkan tekanan darah.
Jadiii...beberapa hari ini, 3 hari tanpa berturut-turut, saya pun berburu daging (halal dan matang).
Doakan saya ya supaya darah ini bisa normal, tanpa transfusi atau hisap darah... hiyyy..

What's ur collor?

Aku punya gambar hati tapi ia belum ku beri warna. Kalau diminta milih, warna apa ya yang bagus?
a. merah
b. pink
c. kuning
d. hijau
e. ungu
f. biru
g. hitam
h. putih
i. coklat

have a collour yet? Choose it guys..
dan tiap warna punya arti. Akan kuberitahu arti dari warna yg dipilih.

Konsumtif, tapi teliti !

Kaum wanita konsumtif, tapi teliti.
Memang kaum wanita pada umumnya konsumtif, tapi seperti yang dikatakan Goldman Sachs, umumnya kaum wanita membelanjakan uangnya ke hal-hal yang lebih berguna, ketimbang kaum pria. Mereka memfokuskan pembelanjaan kepada pendidikan dan kesehatan. Selain itu, mereka juga lebih senang menyimpan uangnya dan menyukai hal-hal yang risiko finansialnya lebih rendah.

Goldman Sachs dalam laporannya berjudul "The Power of The Purse" mengatakan bahwa kekuatan ekonomi global ke depan akan didorong oleh kaum wanita yang saat ini semakin mendapatkan critical mass-nya dalam hal kesuksesan dan kekuatan dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.

Sumber: Kartajaya, Hermawan., "Connect!: Surfing New Wave Marketing" PT Gramedia Pustaka Utama, Edisi Pertama, 2010.

Its name is caring

Servis merupakan elemen kedua dari value pemasaran dalam memenangkan heart share, selain merek dan proses. Servis di sini bukan sekedar layanan purnajual (after-sales service), layanan prajual (before-sales service), atau layanan saat jual (during-sales service). Servis adalah paradigma dalam perusahaan dalam untuk menciptakan value abadi kepada pelanggan. Tidak peduli apakah sebuah perusahaan bergerak di sektor perhotelan, kuliner, atau manufaktur sepatu, semua perusahaan haruslah menjadikan perusahaannya bergerak di bidang servis.

Untuk implementasi sehari-hari dikenal sebuah istilah Service Quality (ServQual) yang diperkenalkan oleh A. Parasuraman, Leonard L. Berry, dana Valarie A. Zeithaml. ServQual ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pelayanan telah diberikan. ServQual sendiri terdiri atas lima elemen yaitu Reability, Assurance, Tangible, Emphathy, dan Responsive (RATER). Pasalnya, jika kelima elemen tersebut terpenuhi maka pelanggan akan merasa puas dengan servis yang perusahaan berikan. Inilah dasar dari konsep Customer Satisfaction.

Setelah konsep RATER, muncul konsep lain yang dikenal sebagai Experience Economy oleh Joseph Pine dan James Gilmore. Di sini perusahaan bukan hanya memberikan excellent service-nya, namun juga harus mampu memberikan pengalaman (stage experience). Dan pada Experience Economy pelanggan akan merasakan sensasi, tak sekedar puas lagi.

Dan pada tingkatan servis terakhir perusahaan harus bisa melakukan transformasi kepada pelanggan. Pelanggan dilayani secara personal, one-to-one. Karena itu, perusahaan harus memberikan solusi terbaik kepada pelanggan. Ini adalah beberapa konsep tentang servis dalam era legacy marketing.

Beda halnya dalam era new wave marketing. Servis dikenal dengan sebutan “caring”. Servis bukan lagi pilihan dalam perusahaan, tapi kewajiban yang harus diberikan kepada tiap pelanggannya. Jadi Experience Economy atau RATER bukan lagi hal yang istimewa. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan pelanggannya layaknya manusia, bukan pelanggan atau konsumen semata.

Hermawan menganalogikan bahwa caring dalam era new wave marketing laiknya hospital business di mana perusahaan adalah dokter dan perawat bagi tiap pasien (baca: pelanggan). Dan dokter (juga perawat) akan selalu memberikan pelayanan maksimalnya dalam memperhatikan kondisi pasiennya. Jika tidak, bukan pasien yang akan meninggalkan rumah sakit dengan wajah musam, melainkan nyawa pasien taruhannya. Dengan caring, pelanggan bukan hanya akan merasa puas, namun juga bisa menjadi “manusia baru” laiknya seorang pasien yang beru selesai menjalani perawatan.

Cerita Baru Spongebob

spongesbob squarepants...
spongesbob squarepants...

stories for today is new for me..
and do you know beib? it's new..ngek..just new..

jadi gini caritana...

Mr. Crab menyerahkan manajemen Krusty Krab ke Squidword (gitu ya tulisannya?). Dan senanglah squidword. Meja kasir pun diserahkan ke Spongebob. Dasar Spongebob, matanya (yang ndak jelas mana pupil, mana upil) pun berbinar-binar nan berkaca-kaca sambil bilang "Betulkah itu Squidword?". Ini kalo tak salah ingat ye...
Trus... Iklaaann... Dan eik pun meninggalkan tipi sekian kali sekian centi. Trus eik dengar adek eik merengek minta diganti channelnya ma penayangan Spongebob Squarepants..

"Ibu...Spongbobbb...," begitu katanya. Iya sehh.. di tipi bukan spongebob yang berdendang, tapi.. apa ya? lupa.. antipi keknya.
Kasian gitu kalo anak kelas dua SD sudah disuguhkan lagu om-om. Trus eik meluncur ke depan tipi. "Waduh. Mana Spongebobnya?". "Udah... Spongebob aja."
and yeis... Spongebob pun kembali beraksi.
Nah, tiba-tiba saja Spongebob punya Krabby petties sendiri dengan bentuk (baca: warna) yg beda-bedi. Unfortunately, si bapak bos Krasty Krab (Mr. Crab) dan partner jahatnya (squidword lah) malah ketawatawatawa. hahahaha.. begitu.
Kasian Spongebob, dia nangis. Dia mau buktikan kalo resepnya uenak. Dia bilang gini, "saya akan membuka restoran sendiri," berlari sambil berguyuran air mata, dan memegang hasil karyanya.

okeh, singkat cerita. pegel jari eik.

seorang (atau seekor) bapak ikan mencicip krabby petty buatan Spongebob, eh dia bilang UENNAK TENAAANN... ma'nyuss gitu.
Nah, yang laennya juga ikut nyecoba. Masuk beritalah Spongebob karena racikan lezatnya pada sebuah adonan berbentuk burger.
Trus..
sudahlah.. capek saya. Cerita tentang spongebobnya bisa disaksikan sendiri di globaltv.
baibai..
wassalam

my asyura fasting

i give "thumbs up" for all of moslem who asyura fasting today.

and "thumb up", just one thumb, for me cause i'm getting asyura's fasting too..haha
i almost not fasting today because did not get "sahur". And i think it's not matter cause i've pray to fasting before i get sleep yesterday (02.00 am)
But i feel there's no power up on me. As like do anything during the day. Good, help me..

It's just 02.30 pm on my clock. Maybe i will fly into your arms (Lo? is it a song, isn't it? hehh)
I mean, i will waiting for "maghrib", and it's mean i can across this asyura, althought it's not well anymore..

Oh frens, give my some sunshine...
zzZZz...

in Gowa Land, 16th of Dec 2010--02.35 pm

ninq wahyuninqsih

HERO


Singer: Mariah Carey

There's a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
There's an answer if you reach into your soul
And the sorrow that you know will melt away

And then a hero comes along
With the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And then you'll finally see the truth
That a hero lies in you

It's a long road when you face the world alone
No one reaches out a hand for you to hold
You can find love if you search within your self
And the empitiness you felt will disappear

Lord knows dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on, there will be tomorrow
In time you'll find the way

the Service

tau apa bedanya pemasaran jasa dan pemasaran barang?
tau tidak yang mana disebut pemasaran jasa?
contohnya?

rumah sakit?
restoran?
bank?
asuransi?
apa lagi?

pemasaran jasa...
Di Indonesia, jenis pemasaran jasa lebih besar skalanya dibanding pemasaran barang (manufaktur). Ya mungkin karena pemasaran jasa tidak terlalu banyak bahan baku yang dibutuhkan. Jasa itu perkara pelayanan. Lantas bagaimana kalau ternyata perusahaan jasa malah kurang (malah sama sekali tidak) memberikan pelayanan terbaiknya?

Misalnya :

Seorang ibu-ibu yang pakaiannya sangat sederhana mendatangi swalayan, sebut saja nama swalayannya adalah Central Shop. Dia melihat-lihat ke beberapa gambar yang terpampang di depannya.

"Saya mau yang ini, Mbak," telunjuk si ibu itu menunjuk ke salah satu gambar.
"Yang itu mahal, Bu." Si pelayan memberitahu.

Lo...kenapa memangnya kalo mahal? Apa karena pakaiannya teramat sederhana di mata si pelayan sampai-sampai si ibu tadi tak sanggup beli?

Atau cerita lain seperti ini:

"Haduh...Mana ini pelayannya? Kenapa sudah hampir jamuran kita di sini tapi kok ndak dilayani?" keluh si pemuda kepada rombongan teman-temannya yang hendak makan siang di salah satu Cafe.
"Ih...padahal yang di sana baru saja datang, eh malah langsung dijamu." Seorang teman menambahkan sambil matanya menunjuk ke arah lain tamu.
"Apa karena pakaian mereka kayak orang kaya kali ya?" tanya teman yang lainnya.

Lucu juga sebenarnya. Pelayanan terbaik hanya diberikan kepada mereka yang berpenampilan borju atau parlente. Senyum dan sapa pun demikian, terlalu pilih-pilih.

Syukurnya tidak semua perusahaan jasa seperti cerita di atas.
Ada juga perusahaan yang melayani nasabahnya (ups, konsumen maksudnya) dengan sangat baik. Padahal si konsumen itu berpakaian kumal, beralas kumuh, dan berwajah sendu. Tapi senyum para karyawan tak pernah pilih-pilih peruntukannya. Mereka tak lihat pengunjung dari pakaian. Misalnya nih, ada bapak-bapak berusia sekitar 60-an tahun berpakaian lusuh hendak masuk ke salah satu bank, pak satpam membuka pintu sambil berceloteh : Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?

Nah...
Kan enak kalo tiap elemen dalam perusahaan mampu memberikan pelayanan terbaiknya, tanpa ketus, tanpa jutek, tanpa pilah-pilih konsumen.

Ada banyak perusahaan jasa serupa di zaman sekarang ini. Mereka, para konsumen, bisa saja lari ke perusahaan lain lantaran pelayanan yang setaraf tiarap. Pelayanan yang pilih-pilih. Apalagi jika pelayanan terbaik hanya disuguhkan untuk mereka yang (nampaknya) tajir.

Penampilan itu bukan tolak ukur, bukan standarisasi, bukan pula jaminan bahwa "i'm a rich man".

Cinta Abadi Tak Mati


Oleh: Bayu Gawtama

"Bu, itu apa yang kerlap-kerlip di atas...?" telunjukku mengarah ke langit.

"Itu namanya bintang nak, salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan," terang Ibu dengan sempurna sekaligus bijak.

Saya ingat, usiaku tiga tahun lebih sedikit waktu itu. Usia yang selalu ingin tahu segala hal dan mengejar seribu jawaban dari siapa pun terhadap hal yang baru kulihat. Dan ibu, dialah yang paling sabar menerangkan semua tanya itu, meski saya tidak pernah puas, tapi saya cukup yakin saat itu, bahwa ibu segala tahu.

Sejak malam itu, saya selalu berdiri di belakang rumah menengadah ke langit memandangi jutaan bintang yang berkelap-kelip, dan setiap saat itu pula ibu setia menemaniku. Saya ingat, ibu cukup kerepotan mencari jawaban ketika saya bertanya, apakah bintang-bintang itu punya nama. Dengan cerdik ibu menjelaskan bahwa bintang-bintang itu sama dengan kita, manusia. "Kalau manusia punya nama, berarti bintang pun memiliki nama," ucap ibu.

"Yang di sebelah sana, namanya siapa, bu...?" Keningnya berkerut. otaknya berputar mencari jawaban. Hingga akhirnya,"Ooh... yang itu ibu tahu, ia adalah bintangnya ibu, karena namanya sama persis dengan nama anak ibu ini..." Dekapannya begitu hangat, tak ada yang bisa melakukan semua itu kecuali ibu. Waktu itu yang ku tahu, ibu sekadar menjalankan kewajibannya sebagai orangtua untuk menemani dan membahagiakanku.

Keesokan harinya, setiap malam tiba, ibu sudah tahu, sebelum waktu tidur tiba, saya selalu mengajaknya memandangi langit. Karena kini saya semakin senang sejak ibu mengatakan bahwa bintang yang pernah saya tunjuk itu adalah saya. Tapi hari ini ibu membuatku kecewa karena ia tidak bisa menemaniku. "Ibu sakit," kata ayah.

Saya menangis, sebab malam itu saya berniat tidak hanya minta ibu menemaniku seperti malam-malam sebelumnya. Tapi saya ingin ibu mengambilkanku bintang-bintang itu dan membawanya ke rumah. Saya ingin mereka menjadi temanku bermain hingga saya tak perlu bersedih ketika larut ibu mengajakku tidur.

Tapi ibu tetap tidak bisa membantuku. Jangankan untuk mengambilkanku bintang-bintang, sekadar duduk bersama di belakang rumah, merasai sentuhan angin yang lembut, dan menyapa kedamaian malam, serta tersenyum membalas lambaian sang bulan pun, ibu tak kuat. Hingga malam berakhir, saya masih kecewa. Malam itu saya bahkan tak mau makan, hingga ibu yang sedang sakit pun harus memaksakan diri tetap menyenandungkan nyanyian cinta pengantar tidur. Untuk yang ini pun saya tak tahu, adalah juga kewajiban orangtua, menyanyikan lagu pengantar tidur.

Esok harinya saya demam. Karena semalaman tidak mau makan setelah beberapa jam di belakang rumah "bermain-main" dengan bintang-bintang. Meski sedikit cemas, ibu tak pernah panik. Sentuhan hangatnya membaluri ramuan khusus ke seluruh tubuh kecil ini. Dua hari sudah tak kunjung sembuh demamku. Padahal ibu sudah membawaku ke dokter.

Ibu semakin panik. Panasaku tinggi dan sering mengigau. Tetapi justru di saat mengigau itulah ibu tahu obat terbaik untuk menyembuhkanku. Sampai di sini, saya masih beranggapan, mencarikan obat, menyembuhkan anak, adalah sekadar kewajiban orangtua.

Aku tidak tahu apa yang ibu perbuat. Setelah terlelap beberapa jam, saya terbangun, dan aku terkejut, hampir tak percaya apa yang ku tatap di langit-langit kamar. Bintang-bintang itu...ibu membuatkanku bintang-bintang dari kertas berwarna metalik, banyak sekal, puluhan, entah, mungkin ratusan. Sebagiannya digantung sebagian lagi dibiarkan berserakan di tempat tidur dan lantai kamar.

Peluk cium dari saya untuk ibu karena telah membawakan bintang-bintang dari langit itu ke rumah. Dan ibu benar, saya lihat di masing-masing bintang itu ada namanya, salah satunya, ada bintang yang paling bagus dan paling besar, diberinya sesuai namaku.

Anak ibu yang dulu kerap memandangi bintang itu, kini sudah dewasa. Sudah hidup mandiri. Tapi saya tetap anak ibu. Suatu saat, ku telpon ibu untuk mengabari bahwa saya sedang tidak sehat dan tidak masuk kantor. Beberapa jam kemudian, diantar salah seorang adikku, ibu datang. dibiarkannya kepalaku bersandar di pelukannya, kurasakan kembali kehangatan itu, hingga tertidur.

Sore, ibu hendak pulang. Sebenarnya saya ingin sekali menahannya untuk tinggal beberapa hari, tapi adikku berbisik, "Waktu Abang telepon, ibu sebenarnya sedang sakit...."

Ada setitik air di sudut mata ini. Saya tak tahu apa yang harus kukatakan. Kini, sekali lagi kusadari. Semua yang dilakukan ibu untuk bintang kecilnya ini, bukan sekadar kewajiban. Itulah yag disebut cinta, cinta abadi. Cinta yang tak pernah bisa saya membalasnya. Dan ibu adalah bintang sesungguhnya bagiku.

ia, RUH


jika ia berada di titik nol,
apa yang ia inginkan?
ia yang merasa sedih, senang, pun haru,
ia ruh

ruh yang tak butuh lembar-lembar rupiah
pun materi berlabel terkenal
apalagi penghuni berparas rupawan

ia ruh,
tak butuh dawai-dawai dunia
lantunan perkusi
atau simfoni alam raya

apa yang ia butuh?

langit,
bumi,
udara,
air,
jin,
manusia,
memuja kepada Sang Ilah

in between


Let me apologize to begin with
Let me apologize for what I'm about to say
But trying to be genuine was harder than it seemed
But somehow I got caught up in between

Between my pride and my promise
Between my lies and how the truth gets in the way
The things I want to say to you get lost before they come
The only thing that's worse than one is none

And I cannot explain to you
In anything I say or do or plan
Fear is not afraid of you
Guilt's a language you can understand
I cannot explain to you in anything I say or do
I hope the actions speak the words they can

For my pride and my promise
For my lies and how the truth gets in the way
The things I want to say to you get lost before they come
The only thing that's worse than one is none

The only thing that's worse than one is none

. . .

aku mahasiswa

Aku mahasiswa dengan ribuan tanya
tanya tentang diriku
Tiap hari ku gandeng buku-buku
Buku-buku bertutur tentang ilmu
yang tak tahu ilmukah itu

Senin...
Selasa...
Rabu...
Kamis...
Jumat...

Ke kampus dengan rupiah-rupiah
Entah ku iringi dengan basmalah-kah atau tidak langkahku
tapi ku lontarkan "assalamu'alaikum" pada rumahku
tak ku lupa itu

Ada ribuan doa-doa yang "mereka" titip untukku
doa-doa agar diriku berhasil
Berhasil berseragam "toga"
Berhasil menggandeng "sarjana muda"
Berhasil menjadi "wanita karier"

Tapi apakah otakku tlah matang dengan pengetahuan?

Change we can believe in..

Legacy marketing, atau vertikal marketing, yang High Budget-Low Impact dan masih menggunakan pemikiran yang tersekat-sekat. Para Legacy marketer berfikir kalau urusan keuangan adalah urusan bagian financial atau accounting, dan segala hal beraroma return bukanlah urusan marketer.
Sekarang pemikiran seperti itu tidak bisa digunakan lagi.
Dalam bukunya berjudul New Wave Marketing, Hermawan Kartajaya menuliskan bahwa di era New Wave ini, paling tidak ada tiga Driving Force utama, yaitu:

.Digitalization
Digitalization ada pada aspek teknologi yang membuat manusia bisa saling berinteraksi, saling memengaruhi, dan saling membantu. Asal mereka terhubung dengan internet.

.Globalization
Globalization mencakup aspek Political-Legal, Economy, dan Social-Culture

.Futurization
Situasi di masa depan akan jauh berbeda dengan apa yang terjadi saat ini. Pasar akan terus mengalami perubahan. Apalagi dengan keberadaan Web 2.0.

Adanya sekat-sekat hanya membuat perusahaan tidak bertahan lama. Di era New Wave, tiap orang adalah marketer. Tiap orang dalam perusahaan akan melayani customer, entah langsung ataupun tidgk langsung. Dan artinya, return dari program marketing yang dijalankan adalah bagian dari peran marketer.

Jadi "gila" ?













Apa enaknya menjadi "gila" ?
toh yang dibisa cuma makan dan minum

Apa enaknya lupa ingatan ?
Segala kebaikan dan keramahan orang-orang di sekitar kita
malah ter-delete begitu saja.
Hilang bersama segala cerita-cerita hidup yang menggetarkan hati.

Apa enaknya menjadi "gila" ?
tak sholat
tak ngaji
tak puasa
tak sodakoh
tak berakal
tak berhati
tak beriman

Tak ada daya lagi untuk resapi intisari kehidupan
Tak sanggup lagi membuat bangunan cita-cita di atas cinta

by: ninq wahyuninqsih
at my world

Untuk Perempuan



Jangan mengejarnya
Jangan mencarinya
Dia yang 'kan menemukanmu
Kau mekar di hatinya
Di hari yang tepat

Jangan mengejarku
Dan jangan mencariku
Aku yang 'kan menemukanmu
Kau mekar di hatiku
Di hari yang tepat

Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang
Dia 'kan datang
Dan memungutmu ke hatinya yang terdalam
Bahkan dia takkan bertahan tanpamu

Sibukkan harimu
Jangan pikirkanku
Hadirnya 'kan menuntunku
Pulang kepadamu
Di hari yang tepat

Tidaklah mawar hampiri kumbang
Bukanlah cinta bila kau kejar
Tenanglah tenang
Aku 'kan datang
Dan memungutmu ke hatiku yang terdalam
Bahkan ku takkan bertahan tanpamu

Aku yang 'kan datang

Kau Tahu Kah ?


Siang tadi kau tahu kah apa yang ku buat?
Duduk di tempat kau biasa bersemedi

Lalu kau tahu apa yang selanjutnya ku buat?
Menghirup seluruh aroma tubuhmu yang tertinggal

Dan kau tahu apa yang ku temukan?
Ada tertinggal serpihan bayangmu di sana

Tahu apa yang ku pikir selanjutnya?
Ku pikir,
daripada orang-orang menginjaknya
lebih elok jika ku pungut dan ku simpan bayangmu
di kantong kiri bajuku,
dekat dengan jantungku
Sehingga bayangmu tahu kalau jantungku memompa darah lebih cepat
ketika mataku memotret sosokmu

Terlebih jika kita saling beradu mata tanpa konsep dan rencana

>>>

Surat buat Kita

kau tahu apa yang disebut keadilan?
aku tak tahu maka aku bertanya...

memperoleh beasiswa adalah hal yang menyenangkan untuk sbagian besar penerima beasiswa. Terutama jika proses pengurusannya tidak banyak embel-embel merepotkan di belakangnya. Lantas bagaimana halnya dg yang bukan penerima beasiswa tapi usaha yg dilakukannya untuk memperoleh beasiswa bukan main kerasnya?
Hal sperti ini mungkin sudah terlalu sering terjadi. Tetapi kemarin(23/8), setelah membaca sbuah tulisan dlm media jurnalis kampus akhirnya diketahui bahwa ketidakadilan dalam penerimaan beasiswa benar-benar ada.
Tak sedikit yang menjadi penerima beasiswa adalah mereka yang terfasilitasi segala kebutuhannya dengan barang-barang yang tergolong "tidak murah". Laptop dg kualifikasi canggih, blackbarry yang berselimut dalam genggaman, baju-baju ternama keluaran luar negri, atau bahkan kendaraan pribadi roda empat versi terbaru selalu menemani. Dan saat ada pemberitaan bahwa beasiswa yang diprogramkan telah lolos dan dananya telah cair, air liur pun menetes deras dan list "barang belanjaan" pun siap direalisasikan.

Bagaimana dg mereka yang SANGAT menaruh harapan kpd beasiswa? Berharap beasiswa akan jatuh ditangannya. Dan dg beasiswa tsb bkurang lah beban kehidupannya. Bayangkan saja bagaimana rasanya jika dalam pengurusan beasiswa seseorang harus pulang dulu ke kampung halamannya hanya sekedar meminta "taken" dari pak lurah dan pak RT. Belum lagi kalau harus habiskan setengah hari dalam pjalanan menuju kampung halaman.
Dan ketika pengumuman daftar penerima beasiswa pun keluar, ternyata nama dirinya, nama yang teramat sangat diharapkan tertera dalam daftar justru tidak tertulis sama sekali. Malah nama beberapa teman, yang terfasilitasi tetek bengek hidupnya lah yang terdaftar dalam list. Coba bayangkan!
Mungkin rasanya seperti dihantam palu-palu seberat buldozer.

Di sini saya tidak mengatakan atau menyerukan untuk tak usah memrogramkan beasiswa sama sekali atau mencubit seluruh pihak yang mengurus administrasi beasiswa.
Jika kita, saya dan teman-teman, adalah penerima beasiswa atau segala bentuk bantuan-bantuan mahasiswa, dan tergolong ke dalam mahasiswa mampu, tidak ada salahnya jika kita berbagi rezqi dg teman-teman kita yang lebih layak menerimanya. Atau kita sebagai rekening mereka dlm menerima beasiswa (atau bantuan mahasiswa).
Dan bisa jadi apa yang kita peroleh adalah milik mereka.

Toh dg berbagi atau memberikan seluruhnya tdk akan membuat kita (saya dan teman-teman) menjadi manusia hina, pendosa, atau malu-maluin..
Betol? Betol? Betol?

Begitu Indah

Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah

Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku dekat di sampingku
Ku ingin hidupku
Selalu dalam peluknya

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia…karena dia…
Begitu indah

Duhai cintaku….pujaan hatiku
Peluk diriku dekap jiwaku
Bawa ragaku…melayang…
Memeluk bintang

Tak Perlu Ajari Kami Berpuasa


Oleh: Bayu Gawtama

“Abang becak..?”

Kudapati ia tengah lahapnya menyuap potongan terakhir pisang goreng di tangannya. Sementara tangan satunya tetap memegang kemudi.

“Heeh, puasa-puasa begini seenaknya saja dia makan…,” gumamku.

Rasa penasaranku semakin menjadi ketika ia mengambil satu lagi pisang goreng dari kantong plastik yang disangkutkan di dekat kemudi becaknya, dan… untuk kedua kalinya saya menelan ludah menyaksikan pemandangan yang bisa dianggap tidak sopan dilakukan pada saaat kebanyakan orang tengah berpuasa.

“Mmm…, Abang muslim bukan?” tanyaku ragu-ragu.

“Ya Dik, saya muslim…,” jawabnya terengah sambil terus mengayuh.

“Tapi kenapa Abang tidak puasa? Abang tahu kan ini bulan Ramadhan. Sebagai muslim seharusnya Abang berpuasa. Kalaupun Abang tidak berpuasa, setidaknya hormatilah orang yang berpuasa. Jadi Abang jangan seenaknya saja makan di depan banyak orang yang berpuasa…,” deras aliran kata keluar dari mulutku layaknya orang berceramah.

Tukang becak yang kutaksir berusia di atas empat puluh tahun itu menghentikan kunyahannya dan membiarkan sebagian pisang goreng itu masih menyumpal mulutnya. Sesaat kemudian ia berusaha menelannya sambil memperhatikan wajah garangku yang sejak tadi menghadap ke arahnya.

“Dua hari pertama puasa kemarin Abang sakit dan tidak bisa narik becak. Jujur saja Dik, Abang memang tidak puasa hari ini karena pisang goreng ini pun makanan pertama Abang sejak kemarin malam.”

Tanpa memberi kesempatan kepadaku untuk memotongnya, “Tak perlu ajari Abang berpuasa, orang-orang seperti kami sudah tak asing lagi dengan puasa,” jelas abang tukang becak itu.

“Maksud Abang?” Mataku menerawang menunggu kalimat berikutnya.

“Dua hari pertama puasa, orang-orang berpuasa dengan sahur dan berbuka. Kami berpuasa tanpa sahur dan berbuka. Kebanyakan orang seperti adik berpuasa hanya sejak subuh hingga maghrib, sedangkan kami kadang harus tetap berpuasa hingga keesokan harinya.…”

“Jadi..,” belum sempat kuteruskan kalimatku, “Orang-orang berpuasa hanya di bulan Ramadhan, padahal kami terus berpuasa tanpa peduli bulan Ramadhan atau bukan….”

“Abang sejak tadi siang bingung Dik, mau makan dua potong pisang goreng ini, malu rasanya tidak berpuasa. Bukannya Abang tidak menghormati orang yang tidak berpuasa, tapi…,” kalimatnya terhenti seiring dengan tibanya saya di tempat tujuan.

Sungguh. Saya jadi menyesal telah menceramahinya tadi. Tidak semestinya saya bersikap demikian kepadanya. Seharusnya saya bisa melihat lebih dalam, betapa ia pun harus menanggung malu untuk makan di saat orang-orang berpuasa demi mengganjal perut laparnya. Karena jika perutnya tidak terganjal mungkin roda becak ini pun takkan berputar….

Kini seharusnya saya yang harus merasa malu dengan puasa saya sendiri. Bukankah salah satu hikmah puasa adalah kepedulian? Tapi kenapa orang-orang yang dekat dengan saya tampaknya luput dari perhatian dan kepedulian saya?

“Wah, enggak ada kembaliannya, Dik…!”

Hmm, simpan saja buat sahur Abang besok ya…!”

Nakku'ku

Sekarang sudah larut. Sekitar pukul dua dini hari. Dan ku dengar ada gerimis di luar sana.
Malam ini aku sedang merindu. Tak tahu kenapa bisa. Mungkin karena aku masih punya hati dan otak. Otakku menyuruh hatiku untuk merasa rindu. Tapi rinduku tak ku sampaikan padanya.
Aku hanya katakan kalau aku sedang merindu, tak ku sebut namanya saat itu. Aku ingin dia tahu aku rindu dia, tetapi aku tak mau dia tahu. Jangan tanya kenapa, bisa panjang lebar penjelasannya kawan.

Rindu itu tidak menyenangkan. Terlebih jika tidak tersampaikan rindu ini. Biarlah seluruh pasukan Sang Pemilik Hati saja yang menyampaikan rinduku ini. Karena aku tahu Dia, Sang Pemilik Hati pun Penjaga Jiwa, selalu tahu yang terbaik untukku dan untuk dia yang ku rindu.

Ku pasangi ri anginga nakku'ku
Punna tinroko sallang, na sapu-sapuko anging
Ku pappisonangko ri Allah Ta'ala, bara'na salewangang kale siagang nyawanu

Nice Town, 5th July 10 (02:20 at my time)

" ... "

"Pebisnis itu lebih baik berbuat kebaikan
dengan menciptakan lapangan kerja
dan kekayaan melalui investasi,
bukan bertindak seperti Santa Claus."

(Carlos Slim Helu)

Surat untuk Kawanku di Peradaban Kali Ini

(by ninq wahyouninqsih)

Tuhan mengirimiku pasukan-pasukan terbaiknya di peradabanku kali ini. mereka bagai ribuan kompi dengan tameng-tameng dari baja dan pedang tajam yang mampu memamerkan silaunya kala matahari menampar salah satu sisinya. tetapi mereka tak pernah dilatih panjat tebing, lompati kubangan lumpur, lari puluhan kilometer, atau terjun payung dari helikopter, yang mendarat di pertengahan langit dan bumi, bak film Band of Brother. Mereka juga bukan bagian dari pasukan asal Spartan di film 300. Bukan pula komplotan S.W.A.T atau FBI seperti yang bermain di layar kaca. Mereka adalah seorang hamba dari Tuhan mereka. Anak dari ibu dan ayah mereka. Pemimpin bagi diri mereka. Dan kawan terbaik di peradabanku kali ini.

Juta-juta terima kasihku ku lantunkan untuk-Mu wahai Pemilik Kehidupan. Engkau berbaik hati masih menyayangiku dengan mengirim mereka untuk tenangkan perahu kecilku yang goyang di terpa gurita. Aku sungguh tak paham perkara hati karena hatiku teramat kotor. Aku kini tak berani bicara hati, takut malah ku geser substansi hati. Aku masih harus arungi ribuan kilometer tanah cokelat, tanah hijau, pun tanah merah-Mu untuk paham perihal hati. Dan untuk para prajurit-Mu yang ada dalam kegundahanku kala itu, ku lantunkan sejuta-juta nyanyian suci berjudul “doa” pada-Mu. Lindungi mereka di kala bulan yang berjaga dan di kala matahari yang bersinar. Pun begitu halnya dengan family mereka.

The Land in Somewhere, 28 June, 2010

(Dedicated for Bungawali Nurhidayah, Rizky IPWP, Fitria Idris, Mushawwir Arman, Astrid Julianti, Kurniawan, & Muayyidil Haq)