HERO


Singer: Mariah Carey

There's a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
There's an answer if you reach into your soul
And the sorrow that you know will melt away

And then a hero comes along
With the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And then you'll finally see the truth
That a hero lies in you

It's a long road when you face the world alone
No one reaches out a hand for you to hold
You can find love if you search within your self
And the empitiness you felt will disappear

Lord knows dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on, there will be tomorrow
In time you'll find the way

the Service

tau apa bedanya pemasaran jasa dan pemasaran barang?
tau tidak yang mana disebut pemasaran jasa?
contohnya?

rumah sakit?
restoran?
bank?
asuransi?
apa lagi?

pemasaran jasa...
Di Indonesia, jenis pemasaran jasa lebih besar skalanya dibanding pemasaran barang (manufaktur). Ya mungkin karena pemasaran jasa tidak terlalu banyak bahan baku yang dibutuhkan. Jasa itu perkara pelayanan. Lantas bagaimana kalau ternyata perusahaan jasa malah kurang (malah sama sekali tidak) memberikan pelayanan terbaiknya?

Misalnya :

Seorang ibu-ibu yang pakaiannya sangat sederhana mendatangi swalayan, sebut saja nama swalayannya adalah Central Shop. Dia melihat-lihat ke beberapa gambar yang terpampang di depannya.

"Saya mau yang ini, Mbak," telunjuk si ibu itu menunjuk ke salah satu gambar.
"Yang itu mahal, Bu." Si pelayan memberitahu.

Lo...kenapa memangnya kalo mahal? Apa karena pakaiannya teramat sederhana di mata si pelayan sampai-sampai si ibu tadi tak sanggup beli?

Atau cerita lain seperti ini:

"Haduh...Mana ini pelayannya? Kenapa sudah hampir jamuran kita di sini tapi kok ndak dilayani?" keluh si pemuda kepada rombongan teman-temannya yang hendak makan siang di salah satu Cafe.
"Ih...padahal yang di sana baru saja datang, eh malah langsung dijamu." Seorang teman menambahkan sambil matanya menunjuk ke arah lain tamu.
"Apa karena pakaian mereka kayak orang kaya kali ya?" tanya teman yang lainnya.

Lucu juga sebenarnya. Pelayanan terbaik hanya diberikan kepada mereka yang berpenampilan borju atau parlente. Senyum dan sapa pun demikian, terlalu pilih-pilih.

Syukurnya tidak semua perusahaan jasa seperti cerita di atas.
Ada juga perusahaan yang melayani nasabahnya (ups, konsumen maksudnya) dengan sangat baik. Padahal si konsumen itu berpakaian kumal, beralas kumuh, dan berwajah sendu. Tapi senyum para karyawan tak pernah pilih-pilih peruntukannya. Mereka tak lihat pengunjung dari pakaian. Misalnya nih, ada bapak-bapak berusia sekitar 60-an tahun berpakaian lusuh hendak masuk ke salah satu bank, pak satpam membuka pintu sambil berceloteh : Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?

Nah...
Kan enak kalo tiap elemen dalam perusahaan mampu memberikan pelayanan terbaiknya, tanpa ketus, tanpa jutek, tanpa pilah-pilih konsumen.

Ada banyak perusahaan jasa serupa di zaman sekarang ini. Mereka, para konsumen, bisa saja lari ke perusahaan lain lantaran pelayanan yang setaraf tiarap. Pelayanan yang pilih-pilih. Apalagi jika pelayanan terbaik hanya disuguhkan untuk mereka yang (nampaknya) tajir.

Penampilan itu bukan tolak ukur, bukan standarisasi, bukan pula jaminan bahwa "i'm a rich man".