(by ninq wahyouninqsih)
Tuhan mengirimiku pasukan-pasukan terbaiknya di peradabanku kali ini. mereka bagai ribuan kompi dengan tameng-tameng dari baja dan pedang tajam yang mampu memamerkan silaunya kala matahari menampar salah satu sisinya. tetapi mereka tak pernah dilatih panjat tebing, lompati kubangan lumpur, lari puluhan kilometer, atau terjun payung dari helikopter, yang mendarat di pertengahan langit dan bumi, bak film Band of Brother. Mereka juga bukan bagian dari pasukan asal Spartan di film 300. Bukan pula komplotan S.W.A.T atau FBI seperti yang bermain di layar kaca. Mereka adalah seorang hamba dari Tuhan mereka. Anak dari ibu dan ayah mereka. Pemimpin bagi diri mereka. Dan kawan terbaik di peradabanku kali ini.
Juta-juta terima kasihku ku lantunkan untuk-Mu wahai Pemilik Kehidupan. Engkau berbaik hati masih menyayangiku dengan mengirim mereka untuk tenangkan perahu kecilku yang goyang di terpa gurita. Aku sungguh tak paham perkara hati karena hatiku teramat kotor. Aku kini tak berani bicara hati, takut malah ku geser substansi hati. Aku masih harus arungi ribuan kilometer tanah cokelat, tanah hijau, pun tanah merah-Mu untuk paham perihal hati. Dan untuk para prajurit-Mu yang ada dalam kegundahanku kala itu, ku lantunkan sejuta-juta nyanyian suci berjudul “doa” pada-Mu. Lindungi mereka di kala bulan yang berjaga dan di kala matahari yang bersinar. Pun begitu halnya dengan family mereka.
The Land in Somewhere, 28 June, 2010
(Dedicated for Bungawali Nurhidayah, Rizky IPWP, Fitria Idris, Mushawwir Arman, Astrid Julianti, Kurniawan, & Muayyidil Haq)