dia dia dia...

untuk kita, masih ingat sewaktu dia mengantar kita pertama kalinya memasuki sekolah dasar?
sewaktu dia menemani kita dari pukul 7.30 hingga 10.00 pagi?
atau ketika lebaran hampir tiba, masih ingat bagaimana dirinya menemani kita mencari baju baru?

saat dia hendak ke pasar, diri kita yang masih polos merengek untuk ikut serta.
lalu dia bawa kita bersamanya. tangan kanannya menggenggam tangan kita, dan tangan satunya menenteng belanjaan.
ketika kita meminta dengan tangisan sebuah mainan menarik di depan kita. dan tanpa disadari, dia sedang kesulitan keuangan.

ingatkah kita bagaimana ketika dia membuatkan sarapan untuk perut manja kita? dan mungkin saja semalam dia tak nyenyak tidur.
atau saat kita ngomel-ngomel jika uang jajan terkorting sekian rupiah.
lalu seragam merah-putih kita, yang putihnya tak lagi putih dan merah pun memudar, siapa yang mencucinya?
pernah kancing seragam kita terlepas, siapa yang menjahitkan kembali kancing itu? dia kan?

ingatkah kita pertama kalinya kita membohongi dia? lantas adakah rasa bersalah itu?
ingatkah pula sewaktu kita bentak dia? dan masih ingatkah alasannya? tidakkah itu hanya perkara tai kuku?

mungkin di bilik kamar mandi atau kamar tidurnya dia sedang menangisi ucapan kurangajar kita.
mungkin di akhir sholatnya dia sedang memohon kesabaran pada Ilahi.
mungkin di kala malam dia sedang curhat ke suaminya tentang tingkah kita.
tapi bagaimana jika dia adalah janda, atau baru-baru saja menjanda.
pernahkah kita sejenak saja berpikir ke bahu siapa dia akan bersandar.

ketika pagi nanti kita bercermin, masih kita dapati wajah kencang nan mempesona.
tapi dia, pernahkah mata kita menjadi cermin untuknya? perhatikan kulit wajahnya. dia tak semolek dulu lagi.
coba sentuh tangan halusnya yang selalu mengganti popok kita, masihkah sehalus dahulu?
atau jangan-jangan kita telah lupa pernah dibelai oleh tangannya. tangan yang mungkin kini keriput sana-sini.
juga kuku yang telah menguning, bahkan nyaris lepas.

dia manusia biasa seperti kita seandainya kita sadari.
tapi kita selalu mengharapkan kesempurnaan melekat padanya.
jika sedikit saja dia keliru, kita anggap dia kolot.
tidakkah kejam namanya?

untuk seorang dia yang telah melahirkan dan/atau membesarkan dan/atau menjaga dan/atau mendidik kita,
mari dendangkan juta-juta doa padanya. semoga hari tuanya terhindar dari amarah kita.
amin ya Ilahi.

...

untuk emmak, kulo nyuwon ngapunten mak..
kulo tresno tresno tresno panjenengan..

0 komentar:

Posting Komentar